MUARA ENIM – Petani jeruk di Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Mura Enim, Provinsi Sumatera Selatan kini mulai tersenyum lega. Pasalnya, penyakit tanaman jeruk mereka yang selama ini mengancam keberlanjutan usaha budidaya jeruk dapat teratasi.
Seperti yang disampaikan oleh Khairul Anam (52) petani jeruk Desa Air Talas menyampaikan, tanaman jeruk milik petani di desanya seluas 150 an hektar teretang penyakit CVPD yang sangat merugikan bagi petani. Tak hanya itu, munculnya jamur ini mengharuskan lahan tersebut harus dilakukan pengosongan selama 10 tahunan.
“Ini tentunya tidak ada lagi kehidupan Tamanan jeruk, karena jamur tersebut akan hidup dan berkembang selaman 10 tahunan,” jelasnya saat berada di Gedung Patra Ria, Kota Prabumulih.
Lanjut ia, pada 2011 ada petani yang mencoba melakukan budidaya jeruk sebanyak 3000 batang. Hanya saja bertahan selama enam bulan dan tanaman jeruk mati. Bahkan pada tahun 2014 petani menanam sebanyak 9.000 batang jeruk dengan varietas Siam Tijakula.
“Ada 150 hektar, puncaknya pada 2019 muncul lagi virus. Bahkan dari 150 hektar ada 80 hektar beralih fungsi, oleh sebab itu saya berupa melakukan budidaya jeruk dengan metode organik,” sampainya.
Ditengah gempuran penyakit pada tanaman jeruk, PT Pertamina EP Zona 4 memberikan bimbingan kepada petani di Desa Talas. Alhasil, dengan pembinaan tersebut penyakit pada tanaman jeruk bisa teratasi dengan melakukan pengendalian penyakit dengan musuh alami yakni agek hayati.
Dikatakan Khairul Anam, agen hayati yang digunakan yakni jamur tricoderma yakni jamur baik yang dapat membasmi jamur jahat dan membahayakan bagi tanaman jeruk. “Jamur ini bisa kami dapatkan dengan sendirinya, yakni menggunakan nasi dengan peralatan bambu yang tidak terkontaminasi bahan kimia,” imbuhnya.
Dengan terobosan ini, para petani di desanya pun bisa bernafas lega. Bahkan saat ini perkebunan jeruk di desanya menjadi agro wisata. “Tentunya sangat berdampak positif dengan pendapatan kami. Bahkan saya juga diberikan kesempatan untuk berbagai pengalaman mengatasi penyakit jeruk ini di daerah Bali,” katanya.
Ia menambahkan, para petani di desanya yang sebelumnya sudah mulai berputus asa untuk menanam jeruk saat ini pun mulai semangat kembali menanam jeruk. Tak hanya itu, hadirnya tricoderma juga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam budidaya tanaman jeruk.
“Sangat hemat sekali, tricoderma yang kami produksi juga kami jual ke petani lainya. Sebagai agen hayati pengendali penyakit tanaman, bahan – bahan yang digunakan juga sangat mudah kita dapatkan dilingkungan sekitar,” imbuhnya.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada pihak PT Pertamina EP Zona 4 yang telah memberikan pembinaan dan pendampingan dalam budidaya tanaman jeruk. Bahkan tak hanya itu, PT Pertamina juga memberikan sarana dak prasarana dalam memulihkan usaha tanaman jeruk di desanya yang sebelumnya nyaris tiada. (SH-04)
Editor : Juliyanto