Home / Opini

Rabu, 13 Desember 2023 - 10:54 WIB

Fenomena Mematikan Tidak Boleh Memakai Baju Hijau di Pantai Selatan

Ket foto: Arus Balik Laut dan Palung Laut Pantai Selatan merupakan Arus Maut mematikan bagi pengunjung Pantai Selatan/Foto : Ilustrasi Pantai Selatan

Ket foto: Arus Balik Laut dan Palung Laut Pantai Selatan merupakan Arus Maut mematikan bagi pengunjung Pantai Selatan/Foto : Ilustrasi Pantai Selatan

Oleh: Dr. Elinda Rizasari,Spd.,Mpd

Fenomena mitos yang terjadi di Pantai Selatan yang menyatakan bahwa kita tidak diperbolehkan memakai baju hijau ketika ke Pantai Selatan sesungguhnya hanyalah mitos. Sebenarnya kalau ditelusur lebih mendalam larangan tidak boleh memakai baju hijau bukan karena alam gaib.

Hal ini dikarenakan dengan faktor alam serta keselamatan pengunjung pantai selatan, warna hijau identik dengan warna yang hampir sama dengan air laut. Sehingga ketika pengunjung pantai Selatan tenggelam, maka akan membuat team SAR kesulitan untuk pencarian dikarenakan baju pengunjung sama dengan air laut.

Maka dari itu hal inilah yang membuat mengapa sebenarnya kita tidak diperbolehkan memakai baju hijau di pantai Selatan. Bukan karena ditarik oleh Nyi Roro Kidul pengunjung pantai selatan, tetapi karena hal alam supaya mencegah terjadinya kecelakaan di pantai Selatan.

Kemudian hal mistis lain yang mengatakan bahwa di Pantai Selatan dikenal dengan tarikan pantai Nyi Roro Kidul itu adalah tidak tepat. Lebih tepatnya adalah dikarenakan oleh Palung laut atau dikenal dengan arus balik laut.

Baca Juga :  Bersama Prima Trisna Aji, Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta Terbitkan Penelitian Kolaborasi Multidisiplin

Arus Balik laut merupakan arus sempit yang bergerak cepat yang menjauh dari pantai dan biasanya arus balik laut lebarnya sekitar 15 30 meter dengan rentang panjang sekitar 90 meter. Sedangkan kecepatannya mencapai 8 km/jam dimana kecepatannya lebih cepat daripada perenang Olimpiade. Karena itu, arus ini sangatlah berbahaya serta bisa berakibat fatal bagi pengunjung pantai.

Arus balik laut identik tidak harus bergelombang tinggi tetapi arus balik laut mayoritas hanya setinggi dua sampai tiga kaki. Meskipun gelombangnya sangat pendek tetapi arus ini sangat kuat dan bisa menarik orang dengan berat badan lebih 1 ton.

Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji mengemukakan dalam teorinya bahwa kebanyakan kecelakaan laut yang terjadi adalah bukan karena arus gelombang yang tinggi, tetapi mayoritas dikarenakan arus balik laut dimana ditengahnya terdapat palung laut atau jurang laut.

Baca Juga :  Bersama Prima Trisna Aji, Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta Terbitkan Penelitian Kolaborasi Multidisiplin

Jadi ketika seseorang masuk dalam arus balik laut, maka dia akan tertarik ke dalam laut yang cukup jauh dan kemudian terperosok di Palung laut atau jurang laut dan sulit untuk keluar dari pusaran tersebut. Hal itulah yang membuat banyak pengunjung pantai tenggelam di laut dan tidak selamat.

Arus balik laut mayoritas di Pantai Selatan tidak begitu tinggi hanya setinggi dua sampai tiga kaki, tetapi arus tarikannya sangat kuat. Kemudian ketika seseorang sudah tertarik di arus balik laut maka dia akan tertarik jauh ke tengah laut dan masuk ke palung laut.

“Sehingga mayoritas pengunjung yang tenggelam didalam palung laut cukup lama untuk ditemukan,” ucap Prima Trisna Aji.

Penulis: Dr. Elinda Rizasari,Spd.,Mpd

Prodi : Pendidikan Dasar

Asal : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Share :

Baca Juga

Edukasi

Wartawan Utama

Nusantara

Catatan Akhir Tahun 2022 PWI Pusat

Opini

Lakon “Si Halu dan Si Narsis” Dalam Kisah Donasi 2 T Berakhir

Nusantara

Matilah Kau Undang-Undang Pers

Nusantara

Kenapa Publisher Right Platform Digital Sepatutnya Ditolak Masyarakat Pers?

Nusantara

Diminta Menata Direktorat LUKW PWI Pusat, Firko: Ruang Baru Pengabdian di Organisasi

Opini

MENJADI SAKSI KEMATIAN MARGA (2)

Nusantara

Catatan Dahlan Iskan: Ketua Dewan Pers, Prof Azyumardi Azra wafat